Yang Lo Rasain itu Cinta atau Apa?


Supri menghampiri Ningsih yang lagi boker di jamban lele. Dia duduk di depan pacarnya yang sedang ngeden-ngeden itu. Supri nengok kanan dan kiri, memastikan tidak ada benda tajam maupun bom atom di sekitarnya.

"Ningsih.. Aku mau ngomong."

"I-Iyaaa!! A-Aaaapaaa?!" Ningsih menjawab pertanyaan Supri sambil ngeden-ngeden.

"Gini.. Aku mau kita bubaran.." Supri mengucapkan kalimat itu sambil menatap tajam-tajam mata Ningsih untuk menunjukkan keyakinannya.

"L-Loooh?! Ke-Kenapaaaahhh?!" *Plung!*

"Nggak tau, tiba-tiba persaanku ke kamu hilang gitu aja. Hambar. Jadi daripada membohongi diri sendiri, dan membohongi kamu, aku mau kita bubar aja. Maaf ya." Supri mengernyitkan dahi, dan menunjukkan ekspresi melas.

"Hmm.. Alasan bul-bullshittt!!" *Plok!* Ningsih menangkap e'eknya sendiri, lalu melemparkan ke wajah Supri. Ningsih segera cebok dengan sebotol fanta yang dia bawa, kemudian berlalu. Supri pun terjangkit penyakit kusta di wajahnya.

Mungkin sebagian dari kalian udah pernah ngalamin kejadian kayak di atas. Ntah sebagai orang yang mutusin, atau diputusin. Nah, menurut analisa gue, itu bukan alasan bullshit. Itu adalah alasan yang realistis. Perasaan bisa hilang kapan aja, apalagi kalo yang dirasain itu bukan cinta, melainkan cuma kekaguman aja.

Ha? Kagum? Maksud lo, Al?!

Oke, mending gue jelasin beberapa tipe cinta orang yang kadang nggak disadari oleh orang yang mengalami. Here they are:

Cinta Karena Kagum
Supri ketemu seorang cewek yang lagi yoga di fly over. Melihat kegemulaian tubuhnya, Supri mendadak deg-degan dan segera beribadah. Tubuh cewek itu terlihat kencang sekali. Dadanya kencang, bahkan karena kencangnya bokong cewek itu, bokongnya bisa naik hingga menyentuh punggung. Pemandangan itu membuat Supri ngiler tiga ember.

Supri pun memarkirkan mobilnya di pinggiran fly over, lalu dia berjalan sambil koprol untuk mendekati cewek itu pelan-pelan. Sesampainya di samping cewek itu, Supri pura-pura ikutan Yoga. Akhirnya, cewek itu melihat keberadaan Supri di sampingnya.

"Eh? Suka yoga juga?" Cewek itu bertanya sambil melakukan gerakan planking.

"I-Iyaaa!!" Supri menjawab sambil ngeden-ngeden karena tidak pernah melakukan planking sebelumnya.

"Oh.. Udah lama ngelakuin Yoga?"

"U-Udaaah.. Dari zaman SD."

"Wow! Mau dong, kapan-kapan diajarin. Yuk yoga bareng!"

"B-Boooleeehhh.." Supri ngeden makin kencang, seluruh badannya sudah bergetar hebat.

"Oiyah.. Namaku Ningsih, nama kamu siapa?" Ningsih berdiri dan menyodorkan tangan kanannya untuk berjabatan.

"Namaku Supri." Supri segera ikut berdiri lalu menyambut tangan Ningsih dengan penuh semangat.

Sejak hari itu, Supri membeli banyak DVD dan buku tentang Yoga. Lalu dia pelajari semuanya agar Ningsih mengira Supri benar-benar paham yoga. Meskipun di minggu pertama, seluruh tubuh Supri kram semua. Semakin lama, Supri dan Ningsih pun jadi makin sering ketemu karena mereka suka ngelakuin yoga bareng di rumah, di sawah, atau kadang di jalan tol. Sebulan kemudian, Supri dan Ningsih pun jadian. Tapi, seminggu setelah jadian Supri mutusin Ningsih karena dia merasa tidak ada yang spesial dari Ningsih. Perasaannya tiba-tiba hambar gitu aja.

"Ningsih.. Putus yuk!"

"Loh? Kenapa? Ntah kenapa, perasaanku ke kamu tiba-tiba hilang gitu aja."

"Wah.. Sama.. Ya udah, putus yuk!"

Oke.. Di kasus ini, Supri ngalamin cinta yang singkat karena cuma bermodalkan kekaguman. Cinta kayak gini, biasanya nggak bakal awet karena siklusnya bakal kayak gini:

Kagum-> Kenalan-> PDKT dengan mencoba jadi sosok sempurna agar bisa membuat gebetan terpesona-> Jadian-> Capek akting jadi sosok sempurna terus-> Sifat asli pelan-pelan keluar-> Pasangan ilfeel-> Putus.

Iya, mencintai cuma dengan modal kagum doang, tidak akan bertahan lama karena kekaguman itu bisa hilang saat kita tau sifat asli si dia. Apa sih yang bikin kita tetap kagum sama si dia? Ya semua persepsi positif kita tentang si dia lah. Biasanya persepsi positif ini tumbuh dan bertahan di masa-masa PDKT, di saat dia masih jaim juga dan bisa terlihat sempurna. Nah, pas abis jadian, si dia bakal mulai nunjukin ketidak sempurnaannya. Persepsi positif kita tentang gebetan akan bertemu dengan realita dan fakta. Kalo kita tidak bisa menolerirnya, ya udah.. Perasaan kagum itu bakal hilang gitu aja.

Salah kita di mana? Salahnya cuma di bagian kita nggak bisa ngebedain perasaan kagum sama perasaan cinta. Cinta itu harusnya nggak semudah itu pudar dan jadi hambar.

Cinta Karena Penasaran/Obsesi
Supri suka Ningsih dari zaman masih sama-sama jadi embrio. Sejak balita, Supri udah berani ngajak jadian Ningsih. Biasanya, Supri ngajak Ningsih main pengantin-pengantinan untuk memulai modusnya.

"Ningsih.. Tadi kan kita abis main pengantin-pengantinan, menurut aku kita cocok loh jadi pengantin beneran." Supri memulai modusnya.

"Maksudnya?" Ningsih yang masih polos tidak bisa menangkap kode Supri.

"Kamu mau nggak, jadi pacar aku?" Supri pun mulai blak-blakan.

"Umm.. Nggak ah.. Aku belum boleh pacaran sama mama. Kata mama, gandengan tangan sama cowok itu bisa bikin hamil. Aku belum mau hamil! Aku takut ngelahirin! Aku belum bisa nete'in anakku! Tete'ku belum tumbuh!! Huhuhuuuuu.." Ningsih menangis sesenggukan lalu berlari pulang ke rumah.

Itu adalah saat pertama Supri menembak Ningsih. Dan itu tentu bukan saat terakhir Supri nembak Ningsih. Pas SD, SMP, SMA, Supri nembakin Ningsih mulu dan nggak pernah diterima. Supri pun semakin gemes. Setiap bangun tidur, hal pertama yang Supri pikirkan adalah bagaimana cara dia menembak Ningsih hari itu, bagaimana dia bikin surprise buat Ningsih hari itu, dan bagaimana cara bawa Ningsih ke penghulu.

Sampai akhirnya, saat mereka sudah kuliah, Supri lagi-lagi nembak Ningsih. Melihat Supri yang tak pernah menyerah, Ningsih pun luluh dan ngasih kesempatan buat jadian. Ya, mereka pun pacaran. Hari itu Supri senang luar biasa karena usahanya bertahun-tahun terbayar sudah.

Tapi setelah jadian, ada banyak hal yang berubah dari kehidupan Supri. Bangun tidur, dia tak perlu memikirkan lagi hal-hal untuk membuat Ningsih cinta padanya, tiap mau tidur pun Supri tidak lagi ngomel-ngomel di kamarnya karena habis ditolak cintanya. Pelan-pelan, Supri nyadar bahwa perasaannya ke Ningsih setelah jadian malah hambar.

"Ningsih.. Putus yuk!" Supri mengucapkan kalimat itu saat mereka makan siang bersama di kantin kampus.

"Loh? Kenapa?" Ningsih terlihat agak kaget mendengar kalimat Supri itu.

"Nggak tau kenapa, perasaanku ke kamu mendadak hambar aja."

"Oh gitu.. Jadi selama ini yang kamu rasain bukan cinta ya?" Ningsih menjawab dengan tenang sambil menelan sebongkah bakpau tanpa dikunyah.

"Iya.. Kayaknya aku cuma penasaran aja."

"Tuh kan.. Itulah kenapa aku nolak kamu sejak dulu. Soalnya, target kamu sama aku itu cuma jadian, bukan mencari kebahagiaan setelah jadian. Jadi, setelah jadian, kamu nggak bakal tau lagi apa yang mau kamu lakukan."

"......."

"Ya udah, putus yuk!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Ningsih pun pergi.

Hari itu, Supri memang putus cinta, namun tidak patah hati. Tapi dia menyadari, bahwa selama ini yang dia rasakan bukan cinta, namun cuma penasaran. Itu murni kesalahan Supri yang tak bisa membedakan rasa cinta dan penasaran. Memang banyak kok orang di luar sana yang memulai hubungan cuma dengan modal rasa penasaran. Jadinya, setelah rasa penasarannya terjawab, rasa hambar pun hinggap.

Cinta Karena Kasian
Supri jadian sama Ningsih karena Ningsih bilang, usianya cuma tinggal 3 bulan. Ningsih ngaku-ngaku kalo dia didiagnosa kena penyakit jerawat jantung. Jadinya, dia bakal meninggal saat jerawat di jantungnya pecah. Atas permintaan Ningsih, Supri pun jadian demi mengisi saat-saat terakhir hidup Ningsih dengan kebahagiaan bersamanya.

Namun 6 bulan berlalu, dan Ningsih nggak mati-mati juga. Supri pun mulai ngerasa kelelahan karena kelamaan jadian tanpa make perasaan, cuma karena kasian.

"Ningsih.."

"Iya.."

"Putus yuk!" Supri mengucapkan kalimat itu dengan nada yang mantab.

"Loh? kenapa?"

"Abis.. kamu nggak mati-mati. Dulu bilangnya kan cuma 3 bulan. Ini udah 6 bulan kita pacaran, kamu masih sehat-sehat aja."

"Ya udah.. Aku juga udah bosen kok pacaran sama kamu. Aku bakal ngegebet cowok lain dengan alasan penyakitku. Bye!" Ningsih segera melompat dari jendela mobil yang disetir Supri di jalan tol.

"....."

Lagi-lagi, perasaan yang dibangun bukan karena cinta namun karena terpaksa, pasti bakal ketemu titik jenuh juga. Titik di mana kita tidak mampu lagi mempertahankannya karena sudah capek rasanya. So, cinta karena kasian, tetaplah bukan cinta, namun iba.

Cinta Tanpa Karena
Supri sudah temenan sama Ningsih sejak masih sama-sama masih di ovarium. Mereka tumbuh bersama di lingkungan yang sama. Setiap pagi, mereka bertemu dan mengobrol di pinggir kali sambil membakar ubi. Setiap siang, mereka suka berenang bersama di danau belakang kampung. Setiap malam tiba, mereka pun ronda bersama. Mereka tidak memiliki ketertarikan yang berlebihan antara satu sama lain. Bahkan, mereka tidak pernah ngomongin soal perasaan. Justru setiap hari obrolan mereka malah hancur sehancur-hancurnya. Kadang ngegossipin pak RT yang suka bobo bareng bu RT. Kadang ngomongin soal pak hansip yang suka jogging di malam hari sambil bawa senter. Pokoknya, obrolan mereka sama sekali nggak penting, namun mereka selalu bisa ketawa bersama.

Sampai akhirnya, suatu hari saat mereka lulus SMA, mereka harus berpisah. Ningsih harus kuliah di luar kota, dan Supri tetap di kampung untuk menggarap sawah milik keluarga. Seminggu berlalu, Supri tidak punya teman lagi untuk membakar ubi, Supri tidak punya teman lagi untuk mandi di danau, dan Supri nggak punya teman ronda. Hidup Supri mendadak jadi sepi.

Ternyata, Ningsih pun merasakan hal yang sama di kota. Setiap hari Ningsih cuma sendirian saja. Dia tak punya teman untuk melakukan apa-apa. Karena tidak ada yang tertarik buat ngegossipin pak RT dan bu RT bareng dia. Lama-lama, kesepian pun mulai menyiksa mereka. Mereka jadi sering sakit karena tidak mau makan lagi tanpa satu sama lain, tidak mau mandi lagi tanpa satu sama lain, tidak mau ngobrol lagi tanpa satu sama lain. Hingga akhirnya, Ningsih memaksakan diri untuk pulang ke kampung dan bertemu Supri.

Saat mereka bertemu kembali, ada rona bahagia berpijar di keempat mata mereka. Mereka berdua seperti orang dehidrasi yang bertemu air dingin, orang yang ngantuk berat dan melihat kasur, atau seperti pengidap penyakit flu yang bertemu inhealer. Ya, akhirnya mereka menyadari bahwa mereka membutuhkan satu sama lain, melebihi dari kebutuhan mereka kepada siapapun di dunia. Mereka pun mulai menyadari kalau mereka saling jatuh cinta, bukan karena apa-apa, tapi saling membutuhkan aja.

Cinta tanpa karena, tipe cinta ini biasanya menciptakan hubungan yang awet. Soalnya, cinta yang ini tidak dibuat-buat dengan alasan-alasan tertentu kayak cinta-cinta yang ada di point 1 sampai 3 di atas. Bukan pula cinta yang diciptakan secara sengaja. Bukan cinta yang dibuat seolah-olah sempurna. Bukan cinta yang dicocok-cocokin kepribadiannya.

Cinta tipe ini tercipta oleh kuantitas dan kualitas kebersamaan yang sudah diuji.

Sering barengan-> Menciptakan kebiasaan barengan-> Kebiasaan pun menciptakan kebutuhan. 

Sehingga, mindset pasangan di sini bukanlah orang yang bisa menciptakan kekaguman, bukan orang yang bisa bikin penasaran, dan bukan juga orang yang bisa bikin kasian. Pasangan di hubungan ini ada karena terciptanya sebuah kebutuhan. Kebutuhan untuk selalu bersamanya, kebutuhan untuk selalu melengkapi hari-hari bersamanya, kebutuhan untuk selalu mengobrol bersamanya. Nah, kebutuhan itu tercipta karena kecocokan. Bukan kita yang mencocok-cocokan diri dengan pasangan, melainkan waktu yang pelan-pelan menunjukkan banyaknya kecocokan kita bahkan di saat kita tidak menyadari ada banyak kecocokan di sana.

Eh, Al.. Kalo udah lama bareng, ngerasa saling butuh, tapi nggak ditembak gimana? Kan sakit!!

Jawaban dari pertanyaan lo itu, klik link ini: Pacaran kudu nembak? Penting?!

Wah.. uadh pajnang bagnet gue ngetik. Tuh apme typo-typo kan. Udah dulu ya tulisan gue hari ini. Semoga bisa ngasih pencerahan buat kalian yang sedang mencinta, habis putus cinta, atau lagi mau mengatasnamakan cinta untuk alasan lainnya.

This is the end of the post. Kalo kalian mau sharing pengalaman tentang tipe-tipe cinta yang pernah gue bahas di sini, atau mau bertanya soal tipe cinta yang sedang lo jalani, share aja di comment box ya! Dadaaahh!!

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Yang Lo Rasain itu Cinta atau Apa?"

Post a Comment